"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.
Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.
Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu Matius 13:44-46
Perumpamaan yang diberikan oleh Yesus tentang Kerajaan Sorga adalah seperti seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah dan setelah menemukannya, dia menjual seluruh hartanya. Di sini ditekankan bahwa Kerajaan Sorga bukan hanya merupakan harta, namun juga sesuatu yang indah. Keindahan Kerajaan Sorga ini harus dicari, seperti seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah
Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku Yeremia 29:13-14
Bagi kita yang telah menerima Dia, maka sesungguhnya, kita telah menemukan mutiara yang indah. Namun, belum tentu semua orang yang menerima Dia menjalankan hal yang kedua, yaitu menjual seluruh harta miliknya untuk membeli maupun mempertahankan mutiara yang indah. Apakah benar-benar maksudnya menjual seluruh harta miliknya demi mendapatkan Kristus secara penuh?
Pada jaman Tuhan Yesus, orang-orang belum mengenal plastik, jadi mereka tidak dapat membuat mutiara tiruan. Mereka juga belum membudi-dayakan mutiara, seperti yang dilakukan oleh orang Jepang dijaman sekarang ini dengan memasuk kan butiran pasir ke dalam kerang mutiara. Jadi, mereka hanya dapat mencari mutiara alami, yang terdapat di sekitar Laut Merah, Teluk Persia dan Samudera Hindia. Dan lokasi Laut Merah dipenuhi oleh ikan hiu, yang berarti bahwa seorang penyelam mutiara di tempat ini harus menyelam sampai pada kedalaman tertentu sambil mempertaruhkan nyawanya dan menghindari serangan ikan hiu.
Jika kita sudah memahami nilai yang tinggi dari sebuah mutiara, maka kita dapat mengerti betapa mahalnya nilai mutiara di dalam perumpamaan ini, lebih tinggi dari nilai harta terpendam. Karena di dalam perumpamaan ini, Tuhan memberitahu kita bahwa yang sedang mencari mutiara yang indah itu adalah seorang pedagang - atau seorang pengusaha besar dengan bisnis yang besar pula. Tentunya, ini bukanlah kali pertama ia berjual-beli mutiara karena yang dicarinya sekarang adalah mutiara yang indah. Ketika ditemukannya satu mutiara yang indah, ia harus merelakan hartanya yang lain untuk dapat memperoleh mutiara itu. Di jaman sekarang ini, mungkin ia harus merelakan rumah, kapal pesiar dan mobil mewahnya, untuk dapat membeli mutiara yang, mungkin, berharga lima juta dolar ini. Dia haruslah seorang pengusaha besar, jika tidak bagaimana mungkin ia dapat membayar harga mutiara yang mahal itu?
Sedangkan Kerajaan Surga adalah aset yang bersifat rohani. Karena sifatnya rohani, tidak semua berburu untuk memasukinya. Dari segi nilai dan harganya, Kerajaan Surga pada dasarnya adalah idaman setiap manusia. Semua orang tahu bahwa Kerajaan Surga itu merupakan tempat yang sangat indah nantinya setelah kita dipanggil Yesus. Namun tidak semua orang mengertinya. Yang mengerti pun barangkali tidak menjalankannya. Karena asset yang dibicarakan adalah bernilai mahal melebihi ratusan juta dolar bahkan semua harta dan semua asset
Mutiara dan Kerajaan adalah dua hal yang sangat kontras. Tapi kekontrasan itu dapat dipadukan kalau mampu menghayatinya. Keduanya bernilai sangat tinggi di mata manusia. Cuma yang satu bersifat duniawi, yang lainnya bersifat rohani. Yang bersifat duniawi lebih mudah diburu secara nyata, sedangkan yang bersifat rohani perburuannya terkadang setengah hati (tidak segenap hati). Banyak orang berpikir nanti-nanti sajalah, kalau sudah tua. Kita tidak tahu kapan Tuhan akan panggil kita.
Oleh karena itu Yesus selalu berpesan:”Berjagalah karena kamu tidak tahu kapan datangnya pencuri”. Yesus terkadang bagaikan seorang pencuri datang dan mengambil kita, tetapi kita terkadang belum siap. Jadi ajakan Yesus untuk “waspada” adalah ajakan yang benar, agar selalu siap kapan Tuhan akan panggil kita.
Oleh karena itu Kerajaan Surga yang bagaikan mutiara harus kita prioritaskan dalam hidup ini. Seharusnya bakti kita kepada Yesus tidak hanya sebatas suam-suam kuku, tetapi benar-benar dijalankan dengan sadar. Kita harus berburu mutiara Kerajaan Surga yang mempunyai nilai tertinggi dalam hidup ini.
Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!
Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. Wahyu 3:15,16
“Antara mutiara dan Kerajaan Surga” harus dipadukan dalam arti bisa saja kita berburu mutiara sebagai sarana untuk menapak kepada Kerajaan Surga. Artinya pula dengan bekerja keras untuk mendapat mutiara tapi jangan lupa ada mutiara surgawi yakni Kerajaan Surga yang nilainya jauh lebih tinggi dari pada mutiara dunia.
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Matius 6:33
adalah bukti bahwa Kerajaan Surga memiliki arti yang paling tinggi dalam hidup ini. Jadi, kalau kita benar-benar tulus mencari Kerajaan Allah, maka yang lain-lain, Tuhan juga akan memenuhi-Nya. Lihat saja, bunga bakung dan burung-burung di udara tidak menanam, tapi Tuhan memeliharanya dengan baik. Apalagi kita yang diberkati oleh Tuhan, pasti nilainya jauh lebih tinggi dari mereka. Oleh karena itu, burulah Kerajaan Surga dan kebenarannya
Saat ini mulailah engkau melangkah mungkin yang kau lihat terlalu jauh tapi yang terpenting mulailah selangkah demi selangkah, walau masih jauh tapi dengan langkahmu pasti engkau akan mendekatinya dan pada akhirnya sampailah pada suatu tujuan yaitu memperoleh hadiah yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Yesus Kristus.
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.”Si ibu terdiam, sejenak.
“Sakit sekali, aku tahu anakku.Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam.Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit.
Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya dengan sendu dan lembut. Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya.Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang.Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya.
Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar.Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga.
Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan. Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan “kerang biasa” menjadi “kerang luar biasa”.
Karena itu dapat dipertegas bahwa penderitaan dapat mengubah “orang biasa” menjadi “orang luar biasa”.
Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: 1.menjadi `kerang biasa’ yang disantap orang, atau 2.menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara’ Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja’. Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka karena orang-orang di sekitar kamu cobalah utk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan sambil katakan di dalam hatimu.”Airmataku diperhitungkan Tuhan. dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara.
Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: 1.menjadi `kerang biasa’ yang disantap orang, atau 2.menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara’ Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja’. Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka karena orang-orang di sekitar kamu cobalah utk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan sambil katakan di dalam hatimu.”Airmataku diperhitungkan Tuhan. dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara.
Oleh: Ev. Liem Thin Ping