Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur. Mazmur 127:1-2
Seringkali kita bersusah payah dengan kekuatan kita sendiri supaya kita kaya. Justru hanya berkat Tuhanlah yang bisa membuat kita kaya, yaitu ketika kita hidup di bawah kasih karunia, hanya anugerah Tuhan yang menolong kita. Berbahagialah kalau kita bisa hidup di bawah hukum kasih karunia.
Banyak pula di antara orang Kristen sering berkata, “Sudah lama aku mengikut Tuhan mengapa masih belum diberkati?” perkataan itu sebenarnya salah, orang yang berkata demikian berarti orang itu belum menyadari betul arti dari berkat itu. Tuhan tidak pernah berhenti memberkati kita sampai sekarang.
Kita diciptakan sempurna dibandingkan semua ciptaan Tuhan yang lainnya.
Semua itu karena Tuhan mengasihi kita. Dalam kehidupan kita, Tuhan tidak pernah berhenti memberkati kita. ‘Berkat’ selalu menjadi menu perbincangan yang menarik bagi anak-anak Tuhan. Siapa yang tidak mau menerima berkat? Setiap orang pasti tidak mau ketinggalan bila ada berkat. Berkat merupakan simbol betapa Tuhan mengasihi kita.
Bagaimana kita bisa mengalami hidup di bawah hukum kasih karunia ini:
• Menyimpan harta di sorga
• Hukum tabur tuai
• Sikap hati yang benar
1. MENYIMPAN HARTA DISURGA
Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Matius 6:19-20
Setiap orang yang ingin hidup di bawah hukum kasih karunia, yg pertama dikatakan jangan engkau menyimpan hartamu di dunia ini, tapi kita disuruh menyimpannya di sorga, sebab ngengat dan karat tidak bisa merusakkannya dan pencuri tidak bisa mencurinya.
Pertanyaannya, bagaimana kita bisa menyimpan harta kita di sorga?
Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. Matius 19:29
Ini sesuatu yang rahasia, bahwa kalau kita hidup berkorban untuk Yesus, sebenarnya kita sedang menabung di sorga sana.
Ketika kita melakukan kebaikan bagi orang, katakanlah kita berkorban 1 juta rupiah, sebenarnya tabungan kita ada 100 juta di sorga sana. Jadi pada saat kita membutuhkan uang itu (anak sakit, beli rumah, beli sepeda motor dll) maka tabungan kita yang disurga akan Allah keluarkan.
Ketika waktu kita, tenaga kita, hilang karena menolong orang, katakanlah 1 house power. Kita akan menyimpan tenaga kita di sorga sana 100 kali lipat.
Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau ada orang yang mewariskan sesuatu, bisa kekayaan yang kelihatan juga yang tidak kelihatan.
Sebuah kesaksian.
Ada kakak-beradik, mereka sangat diberkati Tuhan, mereka adalah pengusaha yang sukses, apa saja yang dikerjakan berhasil. Satu ketika saya tanya, "Ko, apa sih rahasianya usahamu kok begitu diberkati Tuhan? " Jawabnya, "Ini semua bukan karena saya, tapi karena Mama saya sangat suka memberi. " Kata-kata ini semula tidak begitu penting, tapi ketika kita renungkan, kita baru mengerti bahwa ketika orang tua itu meninggalkan warisan di sorga sana, maka anak cucunya akan menikmatinya.
dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti. Mazmur 37:25
Ketika seseorang mempunyai banyak simpanan di sorga, maka anak cucunya akan dengan mudah menikmatinya, keberuntungan akan dihadapi. Saudara perhatikan, ada keluarga yang mungkin hidupnya sederhana, tapi ketika anaknya mau kuliah—eh, dapat beasiswa (bisa kuliah). Ketika pindah ke kota—eh, anaknya ada yang menolong mendapatkan pekerjaan. Kebajikan keberuntungan selalu mengikutinya. Itu semua bukan gratis, tapi mereka punya tabungan di sorga sana. Itulah yang dimaksud dengan simpanlah tabungan kita di sorga, karena ngengat dan karat tidak bisa merusakkannya dan pencuri tidak bisa mencurinya. Itu tabungan yang bisa kita simpan sehingga anak cucu kita bisa menikmatinya sampai kapan pun.
Sekarang kebalikannya saudara perhatikan, kalau orang mengambil satu, maka dia akan
punya hutang seratus. Kalau kita mengambil hak orang 100 perak, maka kita akan rugi 100 kali lipat. Makanya tidak sedikit orang yang menyimpan bukannya kekayaan di sorga, melainkan hutang. Akibatnya anak cucunya harus menanggung semuanya. Makanya tidak sedikit orang yang pintar, usahanya keras dan rajin, tapi kenapa kalau usaha selalu gagal, ini gagal itu gagal, itu karena ada satu hutang yang dia harus bayar.
Namun, sebenarnya bagi kita orang Kristen, ada kabar sukacita.
Yesus telah mati untuk menanggung semua hutang-hutang yang dibuat nenek moyang kita. Itulah luar biasanya, sehingga semua kutuk itu sudah ditanggung di atas kayu salib. Makanya kalau pemahaman kita mengerti, sebenarnya tidak ada istilah bahwa orang percaya itu hidupnya kekurangan, karena belalang pelahap, hutang-hutang itu sudah ditanggung oleh Tuhan sendiri. Cuma apakah perbuatan kita itu masih menjadi berkat atau tidak? Kalau kita tetap mengambil punya orang maka itu harus kita bayar.
Konsep yang pertama dalam hukum kasih karunia ini, kalau kita renungkan mana ada bunga sampai seratus kali lipat di dunia ini, kecuali di dalam hukum kasih karunia? Karena itu, jangan berhenti berbuat baik. Mungkin ada orang tua berkata, buat apa kita berbuat baik sebentar lagi juga kita mati? Itu salah, saat kita berbuat baik, maka kita sedang menyimpan harta di sorga bagi anak cucu kita. Mungkin kita tidak bisa meninggalkan kekayaan materi bagi anak-anak kita, tapi kita bisa meninggalkan keberuntungan, kebajikan, dan kebaikan bagi mereka.
Sebagai para orang tua kita perlu memberikan warisan kepada anak cucu. Bukan hanya sekedar materi yang bisa menimbulkan perselisihan dan percekcokan dari anak cucu kita. Tapi waktu warisan kebajikan yang disimpan di sorga sana, anak cucu kita akan seperti yang Mazmur Daud katakan, anak cucunya tidak akan meminta-minta roti. Luar biasa. Itulah orang yang hidup dalam hukum kasih karunia.
Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa. Mazmur 23:6
Kalau kita buka ata, di sebelah-sebelah kita jualannya sama, tinggal kita istilahnya “adu hoki” atau “adu berkat”! Toh semuanya sama. Ada orang yang pergi ke Gunung Kawi atau dukun supaya dagangannya laris. Tapi kita mengerti atak kasih karunia, Saudara harus banyak berkorban demi nama Yesus, maka Saudara akan mendapatkan 100 kali lipat. Sesuatu yang luar biasa. Ini tidak perlu diiming-imingi, tapi ini adalah kebenaran Firman Tuhan. Jangan pelit-pelit berkorban bagi Tuhan.
Saat kita punya waktu, kita layani Tuhan. Kita punya uang, kita berkorban buat Tuhan, buat jiwa-jiwa. Itu tidak ada ruginya, karena Tuhan begitu baik.
Itulah rahasia bagaimana kita hidup dalam hukum kasih karunia, pertama kita mengumpulkan harta kita di sorga. Kalau kita lakukan itu, maka kita akan tenang. Karena ke mana pun kita akan ditolong. Kita pergi ke suatu kota, kita akan bertemu orang-orang baik, kita akan menemukan suatu kesempatan yang menolong kita. Karena kita menyimpan kebaikan.
Katakanlah kita melakukan kebaikan di sini, kita sedang menyimpan 100 kali kebaikan di tempat lain. Sehingga ketika kita pergi ke kemanapun, kita akan mendapatkan kebaikan itu kembali.
Jangan pernah takut untuk berbuat baik. Ketika kita menabur kebaikan, pertolongan akan kita tuai dimanapun kita berada. Itu adalah atak kasih karunia.
Seringkali ketika kita berbuat baik, orang yang menerima kebaikan kita itu malah mengecewakan kita. Lalu kita marah, karena kita masih memiliki kasih yang Eros. Artinya, kasih yang “jikalau”. Kalau kamu baik maka saya akan baik sama kamu. Bukan begitu, Saudaraku. Kalau kita mau berbuat baik, jangan pernah lihat orang itu mau terima kebaikan kita atau tidak. Seringkali kita sakit hati karena kita sudah berbuat baik eh malah orang itu ngelunjak dan menyakiti hati kita.
Tapi jangan takut, kita tetap berbuat baik. Firman Tuhan atakana, tetaplah berbuat baik!
2. TABUR TUAI
Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya." Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami. II Korintus 9:6-11
Kata ”camkan" itu artinya sangat penting. Kalau cuma "agak penting" paling hanya "tolong perhatikan". Kata "camkanlah ini", adalah hal yang sangat penting yang Paulus nyatakan kepada jemaat di Korintus.
Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
Orang yang tidak menabur, tidak menuai. Kalau pun dia menuai artinya tanaman orang lain. Dan kalau dia mengambil tanaman orang lain, dia harus mengganti 100 kali lipat.
Kalau kita memberi itu bukan karena gereja kekurangan atau Tuhan perlu pemberian kita. Tapi itu sebenarnya untuk kita sendiri. Kita dilatih Tuhan untuk tidak kikir. Makanya di sini ada persepuluhan, persembahan khusus, diakonia, misi, itu semua persembahan khusus.
Ada juga mungkin Saudara pergi untuk janda-janda dan anak-anak yatim.
Bahkan kalau kita perhatikan, banyak orang yang belum percaya kepada Tuhan Yesus suka memberi. Hukum ini juga berlaku bagi mereka. Barangsiapa memberi, menabur, dia akan menuai. Tapi justru kita yang sudah tahu hukum ini malah tidak melakukannya.
\Katakanlah Saudara adalah seorang petani. Dari panen sawah Saudara katakanlah hanya dapat 5 ikat padi. Kalau dimakan pun sangat pas bahkan kurang. Petani yang bijaksana pasti menyisihkan sebagian untuk menabur kembali. Karena dia tahu kalau dia tidak menabur lagi maka dia tidak akan menuai lagi. Dia pasti juga memilih bagian yang terbaik untuk dia tabur kembali.
Kalau sekarang petani pasti menyisihkan sebagian uang hasil penjualan padi untuk dibelikan bibit untuk ditanam kembali.
Jadi apa pun yang kita punya haruslah kita pilih sebagian untuk kita tabur kembali. Hanya petani yang bodoh saja yang akan memakan semua hasil panennya sehingga dia tidak punya benih lagi untuk ditabur.
Dia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu.
Tuhan juga tahu, mana bagian yang untuk benih dan untuk roti. Dia adalah Allah yang sangat baik. Dia tidak akan pernah menyuruh tanpa memperlengkapi kita. Tapi yang sering terjadi adalah benih itu kita makan juga! Akhirnya kita tidak pernah menuai.
Kalau kita mau hidup dalam hukum kasih karunia, benih itu jangan dimakan. Taburkanlah!
Latih juga anak kita untuk belajar menabur, memberi, ajar dia untuk berkorban bagi orang lain. Inilah yang harus kita lakukan, karena yang tidak menabur akan sulit sekali untuk menuai. Ini adalah hukum yang tidak bisa dilanggar dan berlaku untuk semua orang.
Barang siapa menabur, dia akan menuai.
Kita perlu terus menabur, karena pada saatnya kita akan menikmati semuanya itu. Kalau kita berbuat baik, itu satu simpanan di sorga sana. Simpanan di bank memang tidak ada salahnya, tapi lebih luar biasa kalau kita punya simpanan di sorga sana. Di bank bunganya hanya 6-7%, tapi di sorga 100 kali lipat. Luar biasakan. mari lakukan dan ujilah Firman Tuhan ini, maka pada saatnya kita akan mengalaminya.
Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
Makanya kita harus berani menabur. Mungkin gaji kita 1 juta, tidak cukup. Tuhan juga tahu tidak cukup. Tapi kita akan dilatih Tuhan bahwa berani tidak kita memberi? kita akan melihat bagaimana mujizat akan dinyatakan. langkah demi langkah, kemudahan demi kemudahan, kemurahan demi kemurahan, dan kebajikan demi kebajikan akan dinyatakanNya setiap harinya semakin nyata.
Tapi kalau kita mengambil yang bukan hak kita, maka kecelakaan, masalah, kerugian, penipuan akan kita alami dan kita harus membayar 100 kali lipat.
3. SIKAP HATI YANG BENAR
Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.
Matius 6:24
Bagaimana kita itu memiliki sikap hati yang benar tentang kekayaan. Kalau kita selama ini masih berpusat pada keuangan, maka sifat memberi kitapun adalah untuk "memancing berkat Tuhan", bukan karena taat Firman Tuhan.
Berbeda sekali dengan orang yang memberi karena ingin memberkati. Tuhan akan memberkati yang sikap hatinya benar.
Jadi, kita harus punya sikap hati yang benar ketika memberi.
Orang yang memberi karena mengasihi itu sangat berbeda dengan memberi karena ingin dikasihani. Kita tidak bisa mengabdi kepada dua tuan. Di satu sisi mengabdi kepada Allah, dan di sisi lain kepada Mamon. Kita ini hanyalah pengelola keuangan Tuhan, kita adalah pengelola kekayaan Tuhan.
Di dalam pekerjaan, juga untuk anak-anak muda yang banyak di sini, ada konsep talenta. Ada orang yang punya satu talenta, ada yang dua, dan ada yang lima talenta. Tugas kita hanya menggandakan talenta itu, hasilnya itu bukan urusan kita. Katakanlah kita memiliki kemampuan musik, salesmanship, berdagang dsb. Tugas kita hanyalah menggandakan keahlian kita tadi. Hasilnya urusan Tuhan. Kita cuma melakukan saja.
Bayangkan, kalau kita punya anak buah, kerjanya menuntut melulu, apa yang kita lakukan? Ya kita pecat saja. Tapi ketika orang itu terus melakukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan dengan sungguh hati. Jangankan Tuhan, kita pun akan memberikan lebih kepada orang itu.
Itulah konsep kita dalam bekerja. Sikap hati kita. Bukan uang yang menjadi tujuan kita. Uang adalah buah. Kalau uang menjadi tujuan kita, maka kita bisa menghalalkan segala cara supaya kita mendapatkan uang tadi. Tapi kalau uang itu menjadi buah, maka itu bukan yang terpenting lagi. Kalau tanaman sehat dan bertumbuh baik, maka otomatis tanaman itu akan berbuah dengan baik. Kalau tanaman itu kering, maka otomatis tidak akan berbuah, kalau pun berbuah pasti buahnya kurang baik
Dalam kehidupan janganlah menjadi hamba uang. Tapi biar uang itu menjadi hamba kita. Kita yang memerintahkan. Kalau memang kita disuruh memberi, kita beri. Tapi kalau kita jadi hambanya uang, maka hari Minggu akan rasanya rugi ke gereja. Apalagi pas ada obyekan, kalau ke gereja kan minggu depan masih ada lagi, gerejanya tidak tutup kan? Kalau obyekan ini belum tentu ada lagi minggu depan.
Seringkali Tuhan menguji hati kita, apakah kita mengutamakan berkat atau Tuhan? Kalau kita kalah, maka sudah tidak ke gereja, orderannya gagal. Rugi dua kali! Makanya kita jangan sampai jadi hamba uang. Orang yang jadi hamba uang itu sengsara, bisa membuat kita lupa diri. Dalam hal sikap hati ini, kita juga harus menggunakan uang untuk sesuatu yang baik.
Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi." Lukas 16:8-9
Artinya kita mengikat persahabatan dengan Mamon yang tidak jujur. Itu tidak salah, kalau tujuan kita itu untuk kemuliaan Tuhan. Tapi kalau kita menyogok untuk dapat proyek, itu salah. Tapi kalau kita memberi supaya orang itu kenal Tuhan.
Umpamanya di rumah adakan makan malam, undang tetangga sehingga lama-lama tetangga jadi akrab. Semakin lama Saudara punya tetangga semakin banyak. Dalam acara itu, Saudara bisa bersaksi bagaimana Tuhan menolong Saudara. Tidak perlu cerita Yesus secara vulgar. Itu Saudara sedang menginjil, membangkitkan berkat Tuhan. Orang kalau sudah kenyang, pikirannya pasti enak mendengarkan suara. Makanya jangan pelit-pelit mengajak makan orang lain. Ajak ngobrol, cerita. Orang yang dibayari makan pasti mau dengar omongan kita. Karena ada utang budi sama kita. Itulah namanya kita mengikat persaudaraan dengan Mamon yang tidak jujur.
Sikap hati kita terhadap uang harus begitu. Uang hanya menjadi alat untuk digunakan bagi kemuliaan Tuhan. Saat Tuhan tahu hamba-Nya menggunakan uangnya untuk kemuliaan Tuhan, maka Tuhan akan mempercayakan kepada dia lebih banyak dan lebih banyak lagi.
Itulah rahasia kita hidup dalam hukum kasih karunia. Sia-sialah kita pergi pagi-pagi dan pulang jauh malam hari, makan roti dari yang kita dapat dari jerih payah, karena Tuhan memberkati yang dicintai-Nya pada waktu tidur, hanya berkat Tuhan yang menjadika kaya, usaha kita tidak menambahinya!
Oleh: Ev. Liem Thin Ping