Rek BCA: 2 1 4 0 5 9 4 8 0 9 a/n INDRAWATTY

Shalom. Selamat Datang & Selamat Bergabung Di Web Blog "House Of All Nations". Kami mengundang Bapak, Ibu & Saudara/i yang rindu untuk datang beribadah dan berkumpul bersama pada jadwal kebaktian Kami. Tuhan Yesus senantiasa memberkati kita. Bagi anda yang diberkati oleh warta ini, anda bisa membantu kami berupa dana yang dapat anda kirimkan ke rekening kami di atas.

Senin, 03 Maret 2014

TABUR TUAI

Columbia University, Department of Psychology, mengadakan suatu riset: Yaitu menyuruh seluruh murid-murid dikelasnya untuk, mengambil sebuah kertas dan menuliskan semua orang yang mereka tidak sukai, dalam waktu lima menit. Selang waktu dua menit ada yang baru menuliskan dua nama, tetapi ada yang sudah empat belas nama. Setelah selesai dengan semuanya, maka kesimpulan Penelitian ini adalah: “Ternyata orang yang banyak membenci orang lain, adalah orang tersebut banyak dibenci orang.”

Hukum Tabur tuai berlaku untuk seluruh kehidupan diatas muka bumi
Ketika Allah menciptakan Langit dan Bumi dengan segala isinya, Ia telah menetapkan sebuah hukum yang berlaku dialam ciptaanNya, yaitu Hukum tabur tuai. Semua tumbuh tumbuhan di Bumi akan berbuah melalui suatu proses yang dikenal sebagai tabur tuai. Suatu ketika Allah murka terhadap manusia, karena perbuatan manusia (Kejadian 6) maka didatangkan air bah untuk memusnahkan semua mahkluk termasuk tumbuh tumbuhan di bumi ini, kecuali nabi Nuh dan keluarganya beserta sepasangsegala jenis binatang haram (Kejadian 6:19,20) dan 7 pasang yang tidak haram (Kejadian 7:2,3).
Setelah air bah menjadi surut kembali dan Nuh keluar dari Bahteranya, lalu Nuh mempersembahkan korban kepada Tuhan. Sewaktu Allah mencium bau persembahan itu dan pada saat itulah Allah berfirman dalam hatiNya.
Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam. Kejadian 8:22

Alkitab menegaskan bahwa hukum tabur tuai itu tidak hanya berlaku bagi tumbuh- tumbuhan saja melainkan juga berlaku bagi manusia.
Apa yang akan ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Galatia 6:7
Apa yang kita tabur mempengaruhi sampai keturunan kita dan mempengaruhi kehidupan kita sekarang. Tapi kita jangan lupa selain tabur tuai Tuhan juga menyediakan musim panas dan dingin, kemarau dan hujan, siang dan malam.
Tidak selalu anak Allah melewati tangisan, kesedihan dan penderitaan saja, kadang kala mereka akan melewatinya dengan sukacita, kemenangan dan ucapan syukur.
Contohnya: ADAM
Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. Mazmur 51: 7
Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, tetapi semua orang sampai ribuan tahun harus menuainya.
 Dalam hal ini mau tidak mau, kita menuai dosa yang telah ditabur oleh Adam dan yang diteruskan kepada anak cucu kita. Jadi Adam menabur kesalahan, keturunannya menuai dosa.
 Seorang ibu yang menolak kandungannya. Anak tersebut lahir dengan rasa tertolak. Jadi si ibu menabur, si anak menuai.
 Setiap kali raja-raja pada Perjanjian Lama telah berbuat dosa di hadapan Tuhan, maka rakyatnya yang ikut menuai akibatnya. Jadi Raja menabur kesalahan, rakyatnya menuai kesengsaraan.

Contoh: Raja- raja yang memerintah di Perjanjian Lama
Raja Yerobeam, Manasye , Yosia, Yoas. Daud, dll
Kerajaan Romawi
Semuanya Kerajaan Adi kuasa di zamannya tetapi karena penyimpangan yang dilakukan oleh para Pemimpinnya maka hancurlah Kerajaan tersebut.
• Lembaga pernikahan tidak dihargai lagi terjadi banyak penyimpangan dalam rumah tangga
• Hidup berfoya- foya dengan hawa nafsu
• Memakai serdadu bayaran
• Agama menjadi ritual

Jadi, pemerintah Romawi menabur moral yang bejat, rakyatnya akan menuai kehancuran!
Kita hidup sebagai manusia, harus menerima konsekuensi kehidupan yaitu menuai apa yang ditabur oleh: Diri Sendiri,Orang tua, Nenek moyang atau Pemerintah.
Alkitab juga menekankan bahwa ada seorang yang menabur dan yang lain hanya menuai.
Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai.
Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka."
Jika kita melihat di dalam dunia ini...Banyak orang yang menabur..Yang lain menuai. Yohanes 4:37-38
Jika kita melihat didalam Dunia ini, banyak orang menabur yang lainnya menuai.
Bapak yang menabur, anak yang menikmati (beberapa anak konglomerat, pengusaha dll). Orang tua yang berhasil atau menabur, menantunya (orang lain) yang menuai, dll

Bagaimana dengan anak Tuhan?
2000 tahun yang lalu seseorang telah menabur kehidupanNya dan setiap manusia yang mempercayaiNya akan menuai keselamatan. Yesus menabur dengan kematianNya dikayu salib, kita menuai pengampunan dosa (Yohanes 3:16).
Jadi, Yesus telah memberikan hidupNya bagi kita semua di Golgota, supaya kita beroleh pengampunan akan dosa. Tuhan menabur dengan memberikan Anak TunggalNya, kita menuai kehidupan kekal. Allah Bapa menabur KehidupanNYA yang Tunggal yaitu melalui Yesus maka Dia menuai jiwa-jiwa yang diselamatkan.
- Apabila kita menabur pepaya, maka kita akan menuai pepaya.
- Apabila kita menabur kejahatan, maka kita akan menuai kejahatan.
- Apabila kita menabur kebaikan, maka kita akan menuai kemurahan.

Seperti kehidupan Lewi yang semula berada di bawah kutuk Yakub, namun akhirnya suku Lewi pun terpilih untuk melayani pekerjaan Tuhan sebagai Imam dan Imam Besar. Suku Lewi yang dulunya hidup dalam kutuk sekarang dia mengubahnya menjadi berkat.
Simeon dan Lewi bersaudara; senjata mereka ialah alat kekerasan. Janganlah kiranya jiwaku turut dalam permupakatan mereka, janganlah kiranya rohku bersatu dengan perkumpulan mereka, sebab dalam kemarahannya mereka telah membunuh orang dan dalam keangkaraannya mereka telah memotong urat keting lembu. Terkutuklah kemarahan mereka, sebab amarahnya keras, terkutuklah keberangan mereka, sebab berangnya bengis. Aku akan membagi-bagikan mereka di antara anak-anak Yakub dan menyerakkan mereka di antara anak-anak Israel. Kejadian 49:5-7
"Hanya suku Lewi janganlah kaucatat dan janganlah kauhitung jumlahnya bersama-sama dengan orang Israel, tetapi tugaskanlah mereka untuk mengawasi Kemah Suci, tempat hukum Allah dengan segala perabotan dan perlengkapannya; mereka harus mengangkat Kemah Suci dengan segala perabotannya; mereka harus mengurusnya dan harus berkemah di sekelilingnya. Bilangan 1:49-50

Mungkin saudara atau orang tuamu pernah menabur sesuatu yang tidak benar sehingga saat ini engkau menuainya. Jangan terpatok dengan keadaanmu sekarang ini, jadilah seperti suku Lewi yang dulunya hidup dalam kutuk sekarang menjadi suku pilihan. Suku Lewi mau bertobat sehingga kutuk yang dia alami sekarang berubah menjadi berkat dan menjadi satu satunya suku yang dianggap layak melayani Allah di Bait Allah.
NB: Untuk bisa tahu macam macam kutuk bisa dilihat dikotbah tetang ‘KUTUK’.

Apa saja yang kita tabur maka itu yang akan kita tuai, 30x lipat, 60x lipat dan 100x lipat. 1X = 100%, 30X = 3.000 %, 60X = 6.000 %, 100X = 10.000%.
Ini berlaku untuk yang menabur benih di tanah yang baik. Jadi, apabila kita menabur yang baik, kita akan menuai hasilnya pada musim yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Taburlah benihmu, kumpulkanlah hasil tuaiannya untuk kebutuhan hidup kita di Bumi dan di Surga. Ini adalah strategi yang Allah gunakan. Kata strategi biasanya digunakan dalam peperangan. Tetapi kita juga menggunakannya dalam menabur sebagai peperangan, karena melalui menabur dan menuai, kita melawan kuasa gelap dalam hal kemiskinan. Kemiskinan telah menahan kita untuk memberi. Kuasa gelap telah menipu kita, mereka mencuri keuangan kita dari hasil tuaian yang diberikan Allah.
Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orang tua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tidak menentu, karena penyakit tuanya. Penglihatannya buram, dan cara berjalannyapun ringkih. Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang kakek yang sudah pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan.

Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. “Kita harus lakukan sesuatu, ” ujar sang suami. “Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua bangka ini.” Lalu, kedua suami-istri inipun sepakat untuk membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Di sana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk yang terbuat dari tempurung kelapa untuk si kakek.

Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam.Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu dan tempurung kelapa. Dengan lembut ditanyalah anak itu. “Kamu sedang membuat apa?”

Anaknya menjawab, “Aku sedang membuat meja kayu dan mangkok tempurung kelapa buat ayah dan ibu untuk makan saat ayah dan ibu sudah jadi kakek dan nenek. Soalnya, ketika aku besar dan sudah menikah nanti, aku juga tidak mau direpotkan sebagaimana kakek merepotkan ibu dan ayah saat ini. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan.” Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama. 
Oleh: Ev Liem Thin Ping

Tidak ada komentar:

Posting Komentar