"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." Matius 6:25-34
Walter B. Knight menceritakan seorang wanita yang terkurung oleh api di puncak gedung yang sedang terbakar. Api dan asap mengurungnya, sehingga ia tidak dapat melarikan diri ke bawah. Ketika tim pemadam kebakaran tiba, salah seorang diantara mereka menaiki tangga menuju ke jendela, tempat wanita itu terkurung api menawarkan diri untuk menyelamatkannya. Akan tetapi, ketika wanita itu menegok kebawah dan melihat jarak yang begitu jauh ke tanah, ia menjadi panik dan kembali kekamarnya semula. Orang yang mencoba menyelamatkan wanita tersebut memohon agar wanita itu mempercayainya demi keselamatan dirinya sendiri, namun permohonannya tidak diperhatikan. “Saya telah melakukan segala sesuatu untuk menyelamatkannya, tetapi wanita tidak mengijinkan saya. Dia tidak mempercayai saya”, kata anggota pemadam kebakaran setelah terpaksa turun karena wanita itu tidak mau ditolong. Akhirnya, wanita tersebut mati terbakar karena kekuatirannya.
Kata ‘jangan kamu kuatir’ berarti kita sering kuatir dalam setiap langkah dan kehidupan, maka Tuhan menyuruh kita jangan kuatir.
Sering kita menganggap bahwa kuatir itu suatu dosa. Benarkah demikian?
Kuatir itu bukan dosa, kuatir itu bagian dari emosi (=kemarahan) yang diberikan Tuhan kepada kita supaya melalui kekuatiran itu kita bisa bersandar kepada Dia.
Tapi dalam kenyataannya iblis mendompleng kekuatiran kita sehingga mengarah ke arah yang tidak sesuai dengan langkah atau arah Allah. Kita sering melihat dengan cara berpikir kita, bahwa langkah kita benar. Tapi dalam kenyataannya ujungnya menuju malapetaka
“Ada jalan yang disangka orang lurus tapi ujungnya menuju maut” Amsal 14:12
Dari kegelisahan dapat menyebabkan gentar, dari gentar menyebabkan ketakutan, dari ketakutan menyebabkan orang itu bimbang.
Tuhan tidak ingin kita hidup dalam ketakutan melainkan hidup dalam damai sejahtera Allah
“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu..” Yohanes 14:27
Karena itu Tuhan ingin kita tidak tinggal dalam kekuatiran kita. Dalam Matius 6:26 Tuhan ingin kita memandang burung-burung yang di langit, yang tidak menabur dan menuai, dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, tapi Tuhan sanggup mencukupkan kebutuhan mereka. Bukankah kita jauh melebihi burung-burung itu?
Misalnya kalau kita melihat burung-burung di daerah yang kelaparan kita tidak pernah melihat burung itu jatuh karena kelaparan atau karena penyakit. Lain dengan yang dipelihara oleh manusia, binatang yang dipelihara manusia bisa kena flu burung, sapi gila, dan kelaparan.
Tuhan mengajarkan kita biarlah kesusahan sehari cukup untuk satu hari (ayat 34). Jadi kita tidak perlu kuatir akan hari esok karena belum tentu kekuatiran itu terjadi atau bila saat itu terjadi, Tuhan sanggup memberi pertolongan.
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”. Yeremia 29:11
Tuhan tidak menghendaki untuk kuatir terus menerus atau kekuatiran yang berkelebihan. Dalam Matius 6:31,32 dikatakan janganlah kita kuatir akan apa yang kita pakai, apa yang kita minum dan apa yang kita makan. Itu dicari bangsa yang tidak mengenal Allah. Jadi masa depan, kehidupan, atau perekonomian janganlah jadi racun yang menggerogoti pikiran kita sehingga menjadi kekuatiran yang berlebihan.
Bagaimana mengatasi kekuatiran yang berlebihan?
1. “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu”. I Petrus 5:7
Kita perlu meletakkan segala kekuatiran kita pada kaki Yesus karena dari itu pemeliharaan dan perlindungan Tuhan akan nyata. Seperti dalam diri Yesus waktu dikuatkan di Getsemani
Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya.
Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Lukas 22:43,44
2. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”. Filipi 4:6
Kita perlu bawa segala kekuatiran kita yang berlebihan melalui ucapan doa dan permohonan dengan ucapan syukur, karena tidak gampang orang yang punya masalah bisa mengucap syukur.
3. “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertiban.” II Timotius 1:7
Jika kasih Kristus lebih besar daripada kekuatiran kita maka kita dapat mengalahkannya.
Mark Twain pernah mengatakan, “Kalau seekor kucing pernah duduk di atas tungku panas, kucing itu tidak akan duduk di atas tungku panas lagi. Kucing itu juga tidak akan duduk lagi di atas tungku dingin.” Kesimpulannya adalah kucing tersebut mengasosiasikan tungku dengan pengalaman yang buruk dan panas. Pengalaman yang buruk tersebut dibawanya terus, hingga ia menganggap setiap tungku (tidak peduli bahwa tungku itu dingin) adalah panas dan berbahaya.
Sedikit banyak kita juga seperti kucing tersebut. Sikap kita pada hari ini terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang terjadi di waktu lalu. Jika dalam sebuah situasi yang terjadi di masa lalu kita mengalami kegagalan, maka pada situasi yang sama di waktu yang berbeda pun, kita sering percaya bahwa kita akan gagal lagi.
Sederet pengalaman buruk di masa lalu mungkin pernah kita alami. Kegagalan-kegagalan yang terjadi di sepanjang perjalanan hidup kita. Kesalahan-kesalahan fatal yang sebenarnya bisa dihindarkan. Pengambilan keputusan yang salah, yang menyisakan sederet akibat sampai hari ini. Juga masa kecil yang buruk, tindakan-tindakan kekerasan yang kita terima, baik secara fisik maupun psikis, ucapan atau tindakan yang merendahkan, miskinnya kasih sayang dari orang tua dan masih banyak hal yang menimbulkan kepahitan dalam hati.
Jadikan pengalaman masa lalu sebagai pelajaran berharga bagi kita. Namun jangan pernah biarkan diri kita hidup di masa lalu. Jangan sampai pengalaman buruk di masa lalu menghantui dan membayangi kehidupan kita di masa kini. Jika tidak, hidup kita hanya akan dikuasai oleh ketakutan dan kekuatiran. Kita takut untuk mencoba hal-hal yang baru (yang mirip dengan kejadian buruk yang pernah kita alami). Kita takut untuk melihat masa depan, karena hidup kita masih dikuasai buruknya masa lalu. Kita takut untuk bersikap optimis. Kita takut menatap hidup dengan keberanian. Tapi, orang yang hidup dengan ketakutan tidak akan pernah sukses. Jadi, tinggalkan pengalaman buruk di masa lalu kita.
Bila kekuatiran lebih mendominasi, maka kita akan kehilangan sukacita dalam menjalani hidup ini, hidup seakan berat, dan tanpa pengharapan. Kekuatiran tidak menyelesaikan masalah. Mari kita belajar memandang hidup ini dengan optimis, karena kita memiliki Yesus.
Ada dua orang pelancong asal Swiss yang melakukan pendakian di sebuah gunung.
Saat pulang, mereka terpaksa menumpang sebuah mobil rombeng. Jalannya tersendat sendat karena mesin tuanya. Sepanjang jalan, pelancong pertama sibuk mencemaskan kondisi mobil. Ia terbekap rasa kuatir kalau mobil itu mogok di tengah jalan. Ia kuatir kalau bensinnya habis dan tidak ada pom bensin di sana.
Sementara, pelancong kedua tampak santai-santai saja. Ia begitu menikmati pemandangan indah bukit-bukit di negeri cokelat itu. Bukit-bukit yang pucuknya dihiasi salju putih. Beberapa kali ia mengabadikan keindahan itu dengan kamera pocketnya.
Setelah satu jam berlalu, akhirnya mobil uzur itu pun tiba di kota yang dituju. “Kok kamu sempat-sempatnya ambil gambar pemandangan itu? Apa kamu tidak cemas?,” tanya pelancong pertama. “Apa yang perlu dicemaskan. Seandainya ada masalah, pasti ada jalan keluarnya. Aku suka dengan perjalanan tadi,” kata pelancong kedua.
Kisah tadi menolong kita untuk memahami bagaimana seringkali kekuatiran membuat kita kehilangan banyak hal yang berharga. Lebih buruknya lagi, seringkali kekuatiran itu tidak terbukti separah yang kita kuatirkan atau malah tidak terbukti sama sekali. “Kekuatiran tidak akan menambah sejengkal pun panjang usia kita. ”Banyak orang hidup dalam kekuatiran dan cemas mengenai apa yang belum terjadi. Orang sering takut dan tidak tahu apa yang ia takuti.
Akhirnya, orang yang seperti ini tidak akan menikmati kehidupan.
Kebahagiaan hidup hanya menjadi milik orang-orang yang mampu menikmatinya dengan penuh syukur.
JAM KEHIDUPAN hanya sekali berputar. Ada menit yang harus dilalui dengan MANIS, ada pula menit yang harus dilalui dengan PAHIT. Jalanilah setiap DETIK dengan IMAN dan KASIH kepada “TUHAN” agar kita menjadi lebih BIJAKSANA dalam menjalani kehidupan ini.
Oleh: Ev. Liem Thin Ping
Tidak ada komentar:
Posting Komentar