“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 3:16
Reinkarnasi itu lahir kembali karena perjalanan karma, jadi tidak bisa memilih namun ditentukan, sedangkan Inkarnasi itu memilih lahir kembali dan bisa menyeleksi wujud apa yang hendak kita hadiri karena penguasaan tubuh rohani atau pemahaman sariraning pribadi.
kata benda "inkarnasi" maupun kata sifatnya tidak terdapat dalam Alkitab. Tetapi padanan kata Yunani untuk bahasa Latin in carne, (Yunani, εν σαρκι - en sarki)
Inkarnasi berasal dari kata Latin, incanatio (“in” : masuk ke dalam; “caro/carnis”: daging). Secara bebas kata ini bisa kita artikan: “masuknya Allah ke dalam daging manusia dalam diri Yesus Kristus.
1 Timotius 3:16
LAI TB, Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia (INKARNASI), dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan."
KJV, And without controversy great is the mystery of godliness: God was manifested in the flesh (INKARNASI), Justified in the Spirit, Seen by angels, Preached among the TR, και ομολογουμενως μεγα εστιν το της ευσεβειας μυστηριον θεος εφανερωθη εν σαρκι εδικαιωθη εν πνευματι ωφθη αγγελοις εκηρυχθη εν εθνεσιν επιστευθη εν κοσμω ανεληφθη εν δοξη
Translit. interlinear, kai {adapun} homologoumenôs {yang harus diakui (siapapun)} mega {besar} estin {adalah} to tês {(itu)} eusebeias {ibadah} mustêrion {rahasia:} theos {Allah } ephanerôthê {Dia dinyatakan} en {dalam} sarki {daging} edikaiôthê {terbukti benar /dibebaskan} en {oleh [dalam]} pneumati {Roh (Kudus)/ Roh-Nya,} ôphthê {dilihat} aggelois {oleh malaikat-malaikat,} ekêrukhthê {diberitakan} en {diantara} ethnesin {bangsa-bangsa (bukan Yahudi),} episteuthê {dipercayai} en {didalam} kosmô {dunia,} anelêphthê {diangkat} en {ke dalam/ dengan} doxê {kemuliaan.}.
Salah satu pertanyaan kristis dalam memahami Allah adalah mengapa Allah mau turun menjadi manusia menyelamatkan manusia. Bukankah Allah adalah Mahakuasa? Sebenarnya gampang buat Allah untuk menyelamatkan manusia dengan kuasa-Nya. Bisa saja Dia melakukannya dari “langit” tempat kerajaan-Nya memerintah. Bukankah Allah kita membuat segala sesuatu yang mustahil menjadi mungkin terjadi?
Kita tidak bisa 100% mengetahui cara kerja Allah, rencana-Nya dalam menyelamatkan manusia melalui jalan penderitaan mulai dari kelahiran sampai kematian-Nya.
Semua manusia di muka bumi ini tidak luput dari dosa. Rasul Paulus dalam surat Roma 3: 9-20 menyatakan bahwa tidak ada satupun manusia yang tidak berdosa (ay.10 bdn. ay. 23). Keberdosaannya terlihat ketika manusia tidak mencari Allah; menyeleweng dari kebenaran, tidak berbuat baik, kata-kata mereka penuh dengan tipu daya dan sumpah serapah, cepat menumpahkan darah, tidak takut kepada Allah, dll. (ay. 11-18).
Dalam keadaan yang berdosa, maka manusia tidak bisa menghapus dosanya dan menyelamatkan dirinya dari maut yang adalah upah dari dosa
Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Roma 6:23
Seumpama gambar yang sudah rusak sama sekali dan tidak seorang pun yang dapat memperbaikinya. Begitulah manusia adanya. Bukan cuma maut yang harus ditanggung
oleh manusia, tetapi kesendirian, ketakutan dan kesulitan mengendalikan nafsu dan keinginan menjadi bagian dari hidup manusia sampai saat ini.
Menyelamatkan manusia. Hanya Allah saja yang mampu menyelamatkan manusia! Berbagai strategi dalam menyelamatkan manusia telah dilakukan Allah.
Mulai dari re-kreasi (penciptaan kembali) kehidupan melalui peristiwa air bah dan bahtera Nuh, re-kreasi yaitu sesuatu yang telah menjadi rusak dan perlu dipulihkan kepada keadaan semula.
Pemanggilan Abraham dan pemilihan Israel sebagai bangsa pilihan yang dibebaskan-Nya dari penjajahan Mesir, memilih raja, bahkan mengirimkan nabi-nabinya. Namun semua cara itu ternyata tidak membuat tersambungnya hubungan Allah dengan manusia. Manusia tetap berkubang dan terbelenggu dalam dosa. Allah Turun Tangan Langsung.
Akhirnya Allah mengeluarkan “kartu truff-nya” dalam menyelamatkan manusia. Sebenarnya “kartu truff” ini bukanlah hal yang baru karena Allah pun sudah menubuat-kannya ketika Allah berkata kepada ular yang menggoda manusia pertama berbuat dosa. “…keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya” (Kej. 3: 15b). “Kartu truff” adalah hadirnya Yesus Kristus yang adalah Allah sendiri yang datang untuk menyelamatkan manusia.
Allah bisa saja lepas tangan, masa bodoh dengan manusia yang berdosa. Bisa juga Dia gatal tangan, hukum dan habisi manusia, ciptakan lagi yang baru. Atau angkat tangan, putus asa dengan “kenakalan” manusia.
Namun Allah tidak menempuh ketiga cara tersebut; Dia memilih turun tangan langsung menyelamatkan manusia. Hanya satu alasan mengapa Dia menempuh cara turun tangan langsung. Karena Allah penuh kasih dan peduli terhadap dunia ini!
Cara yang digunakan Allah dalam menolong manusia yang berdosa adalah dengan turun menjadi manusia. Allah menjadi manusia yang mewujud dalam diri Tuhan Yesus Kristus.
Peristiwa inilah yang kemudian dikenal dengan inkarnasi Allah.
Yohanes 1: 1, 14 “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah… Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”
Allah tidak menyamar dengan mengenakan tubuh manusia. Allah tidak kelihatannya seperti manusia (contohnya malaikat). Tetapi Allah sungguh-sungguh menjadi manusia.
Salah satu ciri bahwa Allah menjadi manusia yaitu Yesus melalui proses kelahiran yang berasal dari kandungan seorang anak dara bernama Maria; sebuah proses yang lazim bagi kehadiran manusia. Selain itu Yesus hidup dan bertumbuh seperti layaknya manusia. Beberapa catatan Alkitab mengemukakan bagaimana Yesus bertumbuh besar secara fisik dan rohaninya. ia makan bersama murid-murid-Nya. Dia menangis. Dia mengalami ketakutan
Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. Luk. 2: 52
Maka menangislah Yesus. Yoh. 11:35
Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah Luk. 22: 44
Namun harus diakui inkarnasi Allah ini tidak seluruhnya dapat kita pahami. Wajar saja manusia adalah mahluk ciptaan yang sangat terbatas. Sebab Allah adalah pencipta yang Maha tidak terbatas. Jelas tidak mungkin bagi manusia memahami Allah sejelas-jelas dan selengkap-lengkapnya. Kita yang berusaha merasionalkan Allah (dalam arti berusaha memahami Allah dengan mengandalkan rasio) akan kecewa.
Salah satu yang menjadi misteri Ilahi adalah catatan yang ditulis dalam beberapa kitab Injil; yakni
Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Matius 1: 20
Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Lukas 1: 35
Dua catatan ini yang kemudian dalam rumusan Pengakuan Iman kita dinyatakan sbb.: “…dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria…”
Ketika kita mencoba merenungkan apa yang tertulis dalam kedua kitab Injil tadi, kita memang dapat menyaksikan bahwa Yesus bukan hanya manusia saja; tetapi Dia juga adalah Allah karena proses kelahiran-Nya tidak lepas dari Allah. Disinilah kita memahami bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia; Allah 100% dan manusia 100%. Bukan setengah Allah dan setengah manusia.
Proses kehadiran-Nya sebagai manusia tidak melalui proses persetubuhan antara Roh Kudus dengan Maria, seperti layaknya kehadiran anak dalam keluarga melalui proses persetubuhan pria dan wanita. Inilah yang menjadi misteri Ilahi yang terus terang sulit untuk dijelaskan secara rasio. Namun hal ini tidak mengurangi kepercayaan terhadap inkarnasi Allah.
Kita harus mengakui bahwa ketika berbicara tentang Allah, tidak seluruhnya kita bisa jelaskan dan mengerti secara rasio; diperlukan sisi lain yang amat kuat yaitu kita menerimanya secara iman.
Merayakan Natal adalah kita merayakan inkarnasi Allah. Allah menjadi manusia yang menunjukkan kepada kita betapa sayangnya Allah kepada kita, manusia. Dia turun tangan langsung karena manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Allah peduli dengan kehidupan kita.
Selain menunjukkan kasih Allah, peristiwa inkarnasi Allah memberikan kita keyakinan iman bahwa:
1. Allah yang kita sembah bukanlah Allah yang jauh, yang tidak bisa dijangkau oleh manusia.
Karena Dia adalah Allah yang menjadi manusia, maka Dia menjadi dekat dengan manusia, yang dapat dijumpai kapan saja dan dimana saja, kita ingin menjumpainya.
2. Allah yang kita sembah adalah Allah yang memahami dan mengerti segala pergumulan kita.
Dia turut merasakan apa yang kita rasakan, menanggung apa yang kita tanggung, termasuk penderitaan kita karena Dia sudah terlebih dahulu menderita untuk kita Karena itu kita mengenal Allah kita pun sebagai sahabat yang bersimpati dan berempati terhadap kita.
“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” Ibrani. 4: 15
Kedua hal ini kiranya dapat menjawab pertanyaan kritis di depan mengapa Allah mau turun menjadi manusia? Dia pakai cara ber-inkarnasi
1. agar dekat dan mengerti kehidupan manusia, ciptaan-Nya yang sempurna namun kehilangan kemuliaan Allah karena dosa. Dia memang bisa menyelamatkan manusia dari tempat-Nya yang tinggi, namun hal ini tidak akan pernah membuat manusia merasa dekat dengan-Nya.
2. Allah juga membuat kita yakin bahwa Allah kita adalah Allah yang selalu hadir memberikan kekuatan kepada kita untuk melawan dosa.
Hal inilah yang menandai bahwa Dia adalah Allah yang menyertai manusia.
Oleh: Ev. Liem Thin Ping
Tidak ada komentar:
Posting Komentar