Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah, janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu. Mungkin kamu akan berkata: ada cabang-cabang yang dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai tunas. Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman. Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah! Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu. Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamupun akan diptong juga. Tetapi merekapun akan dicangkokkan kembali, jika mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah berkuasa untuk mencangkokkan mereka kembali . Roma 11:17-23
Berbahagialah setiap kita yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat, sebab ia akan disebut sebagai anak-anak Allah. Kalau dahulu yang disebut sebagai anak Allah hanya orang Israel saja. Namun dalam perkembangan selanjutnya orang Israel menolak Yesus sebagai Tuhan dan raja, akhirnya mereka “dipotong”.
Ibarat pohon zaitun yang dipotong dan dibuang dari pokoknya. Dengan demikian maka kita adalah carang liar yang mulai dicangkok pada pohon zaitun yang penuh getah, karena kita telah menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat
“Getah” merupakan gambaran berkat dari Allah yang akan kita terima. Untuk itu kita yang telah dicangkokkan dan yang sudah berbuah harus berhati-hati karena kita diselamatkan semata-mata bukan dari usaha (kekuatan) kita tapi oleh karena anugerah Allah, sedangkan orang Israel diselamatkan oleh karena mereka adalah kekasih Allah.
Berhubung orang Israel menolak Tuhan maka mereka selayaknya dipotong dan kita yang menerimanya dapat melekat pada pohon zaitun. Oleh sebab itu kita harus menghargai kemurahan Tuhan ini sebagai harta dalam bejana tanah liat
Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. II Korintus 4:7 Tuhan tidak mau jika kita menjadi anak “terhilang”, tetapi bila ‘terhilang’ Ia mau kita kembali kepada Bapanya dan juga bukan seperti anak “sulung” yang sudah berada di rumah Bapanya tetapi tidak menikmati kekayaan Bapanya.
Apabila hak waris sudah ada pada kita, maka cepat atau lambat pasti warisan itu akan kita nikmati, namun jangan lupa memperhatikan kehidupan kita setiap harinya untuk tetap selalu bersyukur kepada-Nya, walaupun tubuh bertambah lemah, tetapi batiniah kita mau diperbaharui setiap harinya.
Kita harus tahu apa itu berkat rohani dan juga berkat jasmani. Yang kelihatan itu bersifat sementara, tetapi yang tidak kelihatan kekal selama-lamanya. Ingat, jangan sampai kita ditebang oleh karena kedegilan dan kesombongan kita. Sejarah Perjanjian Lama bisa menjadi bagian hidup kita.
Kita harus tahu kapan Abraham, Ishak, dan Israel diberkati dan kapan mereka tidak diberkati. Yerusalem di bumi ini merupakan gambaran hidup kita. Yerusalem selalu ingin dihancurkan oleh musuh-musuhnya. Dan terkadang Israel/Yerusalem merusak dirinya sendiri.
Daud yang berbuat dosa menjadikan hidupnya dan kerajaan Israel hancur. Tetapi Yerusalem mengalami damai sejahtera saat dia beribadah dengan baik.
Tuhan tidak selamanya memberikan langit yang cerah, tetapi Ia berjanji akan selalu memberikan kekuatan. “Itulah sepenggal syair yang sering dinyanyikan sebagai lagu penghiburan. Liriknya memang sederhana, tetapi kekuatannya sangat dahsyat. Jutaan orang dikuatkan sepanjang sejarah.
Ada kisah tentang seorang anak remaja yang diberikan sebuah baru besar oleh Tuhan di depan rumahnya. Tuhan berpesan, “Nak, doronglah batu besar ini dengan sekuat tenagamu tiap hari!” Remaja itu melakukan dengan setia, hingga
menginjak usia pemuda. Ia heran batu itu tidak bergeser sedikit pun. Ia berusaha lebih kuat lagi, tetapi tetap tidak ada hasilnya.
Akhirnya, ia menyerah dan berkata kepada Tuhan, “Ah Tuhan, aku malu. Aku harus akui bahwa kau gagal melaksanakan tugasMu. Batu itu terlalu besar bagiku.” Tuhan menjawab dengan lembut, “Nak, siapa yang menyuruhmu menggeser batu besar itu? Aku hanya menyuruhmu mendorong batu itu sekuat tenaga setiap hari.
Aku melihat dan memuji ketekunanmu. Usahamu telah membawa hasil. Tubuhmu kini menjadi kekar. Sekarang kutugaskan kamu untuk menyelamatkan desa seberang dari kelaparan. Pergilah dan perbaikilah segera jembatan yang roboh itu. Dengan kekuatanmu bawalah batang-batang pohon itu untuk membangun kembali.”
Berkat pertolongan pemuda ini, desa tersebut selamat dari kelaparan. Batu yang selama ini menjadi beban ternyata kemudian hari menjadi berkat. Dari pengalaman itu, ia mensyukuri apa yang belum ia pahami.
Seperti pepatah lama berkata,
“Kita tidak dapat mengubah arah angin, akan tetapi kita selalu dapat menyesuaikan angin dengan layar perahu kita.”
Karena kasihnya, yang sebetulnya kita bukan siapa siapa sekarang kita menjadi seorang yang bernilai dimataNya, mengucap syukurlah senatiasa, PUJI TUHAN HALLELUYAH
Oleh: Ev. Liem Thin Ping
Tidak ada komentar:
Posting Komentar