Ada seorang pemuda yang ingin jadi kristen datang ke pendeta, ia bertanya bagaimana jadi kristen. Lalu pendeta itu menjawab jangan membunuh, jangan mencuri, jangan bersaksi dusta, horrmati orang tuamu, jangan mengigini barang sesamamu, dst seperti yang terdapat dalam hukum taurat. Lalu pendetanya menambahkan, kalau ingin jadi sungguh sungguh ada sesuatu yang harus dibayar yaitu hidup melakukan kehendak Bapa sama seperti Yesus lakukan.
Untuk bisa sesuai dengan kehendak Allah orang itu harus taat, untuk melakukan ketaatan orang itu harus setia. Setia dalam segala perkara, baik perkara kecil maupun perkara yang besar. Perkara yang besar bisa kita nikmati bila kita mulai setia dalam perkara kecil. Karena kita tidak bisa menikmati hidup enak saja tanpa melewati penderitaan. Orang orang inilah yang bisa mendatangkan kerajaan Surga (seperti dalam doa Bapa kami Matius 6:10).
".Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar Lukas 16:10
Sejak kita diselamatkan maka kita banyak mengalami mujizat. Kita percaya bahwa Roh Kudus tinggal dalam hidup kita. Dengan berkembangnya iman yang ada dalam hidup kita, maka hal itulah yang membuat kita berharap kepada Dia, termasuk dalam hal kebutuhan fisik dan pada akhirnya kita diberkati. Karena kita percaya kepada Allah, maka Ia memberi kepercayaan kepada kita, dimulai dari hal yang kecil. Masing-masing kita sudah dipercaya Tuhan. Bukan hanya kita yang berharap kepada Tuhan, tetapi Tuhan juga mengharapkan kita untuk melakukan perkara-perkara yang lebih besar lagi.
Suatu hari, seorang hamba Tuhan yang masih muda menelpon salah seorang jemaat, yaitu seorang pembuat sepatu sederhana yang saleh. Hamba Tuhan ini senang berbicara dengan pembuat sepatu itu, sambil memperhatikan betapa si pembuat sepatu bekerja dengan sepenuh hati.
Diliputi oleh perasaan kagum melihat kesungguhannya dalam bekerja, hamba Tuhan ini berkata,”Andaikan semua orang di Dunia bekerja seperti Bapak bekerja, tentu kehidupan ini akan menjadi lebih baik. Pak tolong ceritakan bagaimana Bapak dapat tetap bekerja dengan sepenuh hati, walaupun Bapak melakukan pekerjaan yang bagi orang lain kelihatannya begitu rendah.”
Pembuat sepatu itu menjawab,”Saudaraku, saya tidak menganggap pekerjaan saya itu rendah.” Hamba Tuhan itu tiba tiba sadar akan apa yang telah ia ucapkan dan bagaimana ia telah menyinggung tukang sepatu itu, sehingga segera saja ia berkata,’ Maafkan saya saudaraku, saya sama sekali tidak bermaksud menghina mata pencarian Bapak. Sambil tersenyum pembuat sepatu itu menjawab,’ Tidak pak, ada sama sekali tidak menyinggung saya. Saya percaya bahwa pekerjaan saya sama besarnya dan sama kudusnya dengan saat ketika Bapak sedang menyampaikan kotbah.
Saya percaya bahwa saat saya berdiri dihadapan Tuhan suatu hari nanti, Ia akan bertanya kepada saya,’ Anakku jenis sepatu apa yang kamu buat?’ Dan saya dapat berkata kepadaNya bahwa saya membuat sepatu yang terbaik yang dapat saya buat, sepatu sepatu yang saya doakan dan saya buat bagi kemuliaan namaNya. Akan saya katakan kepadaNya bahwa saya juga berdoa bagi orang orang yang akan mengenakan sepatu saya, agar setiap langkah yang mereka lakukan, menuntun mereka ketempat tempat yang diinginkan oleh Tuhan.
Dari cerita itu kita akan belajar
1. Semasa hidup kita apa yang sudah kita lakukan itu merupakan suatu bentuk keberhasilan atau cenderung berputar tak tentu arah.
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Mazmur 1:3
Ronald Reagen pernah berkata ‘ Jangan bertanya apa yang kau beri kepada negaramu, tapi tanyalah apa yang bisa kau berikan untuk negaramu.’
Tuhan juga ingin berkata jangan tanya apa yang Allah beri kepada kita, tapi tanyalah apa yang kita sudah beri kepada Allah. Jangan tanya apa yang gereja bisa beri untuk kita, tanyalah apa yang bisa kau beri untuk gereja.
Sering kita menuntut apa keuntungannya ‘saya ikut Yesus, saya dapat apa, ada pertolongan, ada kesembuhan, kekayaan, nama baik atau yang lain.’ Sekarang kita perlu ubah konsep dan cara berpikir kita, kalau selama ini cara berpikir kita salah kita perlu perbaruhi, sekarang pandang Yesus
2. Apa yang aku lakukan semuanya tidak sia sia dan terbaikkah?
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. I Korintus 10:31
Setiap apa yang kita kerjakan, lakukan yang terbaik. Karena kita melakukannya untuk Tuhan bukan untuk manusia. Saat kita bekerja, makan, minum, sekolah, main musik, menyanyi, menjaga anak, mengasihi suami, istri, keluarga, atau melakukan hal yang lain. Lakukan semuanya untuk Tuhan.
Apapun yang kita lakukan kita perlu Dia yang menutun langkah kita, jangan bergerak menurut langkah kita. Saat kita berdoa maupun membaca Firman Tuhan biarlah Ia memampukan kita. Saat melakukan apapun minta Dia agar kita bisa sesuai dengan kehendakNya.
Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Yohanes 16:13
Di Alkitab dikatakan Allah mengutus Musa untuk pergi ke Mesir lalu berbicara dengan raja Firaun, tapi Musa malah menjawab ‘Utus saja orang lain jangan aku Tuhan, karena aku berat mulut dan berat lidah’ (keluaran 4:10; 4:13). Musa menolaknya sampai 2x, akhirnya Allah memanggil Harun kakak Musa untuk membantu berbicara dengan raja Firaun (keluaran 4:14).
Walaupun Harun berbicara dengan Firaun sampai akhirnya bangsa Israel keluar dari Mesir, Allah tetap memakai Musa bukan Harun.
Allah sudah menguji Musa sejak lama
1. mulai 40 tahun di Mesir.
Musa walau dipelihara oleh puteri Firaun, menikmati harta Mesir, satu satunya orang yang menggeyam pendidikan tinggi di Mesir, hidup enak. Ia tidak pernah melupakan kecintaannya pada keluarga dan bangsanya. Akhirnya dia harus keluar dari Mesir atau meninggalkan kenikmatan di Mesir karena membela bangsanya.
2. 40 tahun di padang gurun.
Sebelum mengembalakan umat yang besar Musa dilatih mengembala domba, karena Musa setia dalam pelayanannya maka Allah memakai Musa dalam perkara yang besar yaitu membawa bangsa Israel +3 juta menuju ke Kanaan.
Selama 80 tahun Allah menguji Musa, apakah Musa setia dalam setiap perkara dalam kenyataannya Musa lulus dan siap menuju ke suatu perkara yang besar dan menjadi salah satu tokoh yang ditulis di Alkitab.
Allah memakai Musa bukan Harun karena Allah melihat sampai kedalam hati seseorang. Ini dibuktikan saat Musa naik kegunungnya Allah, Harun malah membuat patung anak lembu emas untuk bangsa Israel.
Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir — kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia."
Lalu berkatalah Harun kepada mereka: "Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku."
Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun. Keluaran 32:1-3
Musa saat mengetahui hal itu dia marah dan memecahkan 2 loh batu yang dibuat oleh tangan Allah. Allah tidak marah, malah Ia membela Musa karena apa yang dikerjakan itu benar menurut pandangan Allah. Musa tetap dibela oleh Allah apapun yang dilakukannya karena Musa sudah teruji selama 80 tahun untuk setia dalam perkara kecil. Sekarang bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah setia? Apakah kesetiaan kita saat teruji nampak seperti emas?
Ada kisah seorang pria yang saat berusia 15 tahun mengalami kecelakaan yang membuat tulang punggungnya patah. Ia begitu menderita dan harus terbaring di tempat tidurnya selama bertahun-tahun dalam keadaan tidak berdaya. Dalam sehari tidak pernah sekalipun ia luput dari rasa sakit yang benar-benar menyiksanya. Walau demikian, pria ini tidak pernah mengeluh dan selalu mendukung pelayanan para hamba Tuhan dalam doa-doanya.
Pada suatu hari, D.L. Moody, hamba Tuhan yang sangat terkenal di abad XIX mengunjungi tempat pria ini dirawat, yaitu sebuah rumah sederhana di Dundee, Skotlandia. Ketika Moody masuk ke dalam kamarnya, ia merasa bahwa tempat itu demikian dekat dengan Surga sehingga ada suatu sukacita mengalir dari dalamnya.
Penginjil Moody bertanya kepada orang ini: “Apakah iblis pernah menggoda pikiranmu dengan mengatakan bahwa tidak ada gunanya berbakti kepada Tuhan?” Pria tersebut menjawab: “Oh, tentu saja iblis datang berulang-ulang menggodaku dan berkata kalau benar Tuhan Yesus mengasihi engkau, tentu engkau tidak terbaring begini. Engkau akan menikmati kesenangan seperti teman-temanmu yang lain, kaya-raya, segar bugar, dan sehat walafiat. Kalau Tuhan itu baik, Dia tentunya bisa mencegah kecelakaan fatal itu terjadi.”
Apabila iblis datang dengan cobaannya seperti itu, demikian pria ini melanjutkan nya, “Aku hanya membawanya ke bukit Golgota dan menunjukkan luka-luka yang di derita oleh Kristus ketika Ia terpaku di kayu salib. Lalu aku berkata kepada si iblis, lihatlah luka-luka Kristus itu, bukankah itu sudah cukup sebagai bukti bahwa Ia mengasihi aku?” Pria itu menegaskan: “Setiap kali kubawa si iblis ke Golgota, ia tidak tahan dan akan lari meninggalkan aku seorang diri.”
D.L. Moody berkata bahwa orang ini demikian penuh melimpah dengan kasih karunia Allah, sehingga tidak memberi tempat sedikitpun bagi kebimbangan. Orang yang seperti ini adalah orang yang paling berbahagia di muka Bumi ini.
Oleh: Ev. Liem Thin Ping
Tidak ada komentar:
Posting Komentar