Yesus mengisahkan tentang seorang gembala yang mempunyai 100 domba dan satunya terhilang. Apa yang dilakukan oleh gembala? Apakah dia berkata, "Hanya satu, tidak ada-apa. Masih banyak yang lain"?
Tidak, dia meninggalkan 99 itu untuk mencari satu yang terhilang. Ini menunjukkan bahwa bagi Tuhan, yang penting bukan jumlahnya, tapi setiap individu itu bernilai. Dia menghargai jiwa manusia.
Beberapa tahun yang lalu, seorang tetangga memberitahu saya tentang seorang pria bernama Roy yang tinggal di lingkungan saya. Roy punya penyakit jantung yang parah, dan sudah tidak ada apa-apa yang dapat dokter perbuat untuknya. Jadi dia sudah dipulangkan ke rumah dan pada dasarnya menunggu ajal menjemputnya.
Tetangga saya berkata pada saya, "Roy bukan seorang Kristen, tapi dia pernah menghadiri ibadah Anda. Mungkin Anda bisa berusaha untuk berbicara dengannya."
Suatu pagi, istri dan saya berjalan santai dan tetangga saya menunjukkan Roy pada saya. Kami menghampirinya dan memperkenalkan diri. Kami berbincang-bincang dan menjadi jelas bagi kami bahwa Roy bukanlah orang percaya. Dia mempunyai banyak sekali pertanyaan.
Hampir setiap pagi kami secara kebetulan bertemu saat berjalan pagi. Saya memberinya buku saya yang menyampaikan tentang pesan Injil. Saya mendorongnya untuk membacanya dan kami bisa melanjutkan diskusi.
Keesokan harinya dia kembali dan berkata, "Saya telah membaca seluruh bukunya." Dia masih punya banyak pertanyaan. Kami melanjutkan diskusi, tapi Roy kelihatannya masih belum siap untuk membuat komitmen pada Tuhan.
Suatu pagi, saat kami sedang bersaat teduh di ruang tamu, saya memandang ke luar jendela. Roy berdiri di depan rumah kami. Dia sedang berolahraga dengan berjalan santai dan berhenti di depan rumah saya untuk beristirahat sejenak.
Kami sedang membaca Alkitab dan Roy berdiri di luar sana. Saya merasakan di dalam hati saya bahwa ini adalah waktunya. Lalu, saya keluar ke halaman dan berkata, "Roy, mari kita berbincang-bincang sebentar." Saya berkata padanya, "Roy, saya pikir Anda perlu membereskan hal ini sekarang juga. Anda harus berdamai dengan Tuhan. Mengapa Anda tidak berdamai saja dengan Tuhan dan memberikan diri padanya?"
Dia langsung berkata, "Saya siap untuk itu."
Lalu, kami berdoa. Roy meminta Tuhan untuk masuk ke dalam hidupnya.
Keesokan harinya, kami melihat Roy. Wajahnya ceria dan penuh kegembiraan. Dia baru saja menyanyikan lagu, "Yesus mengasihi aku." Setiap kali kami melihatnya, dia terus bertumbuh dalam Tuhan.
Roy memberitahu keluarganya, "Anda sedang melihat pada seorang Kristen yang baru!"
Tidak lama setelah itu, anak menantunya mengetuk pintu rumah kami dan memberitahu kami, "Roy meninggal tadi malam."
Tentu saja kami sedih. Tapi terdapat juga sukacita karena Roy sudah berdamai dengan Tuhan sebelum dia pergi. Saya membatin, "Apa yang akan terjadi, jika saya terlalu sibuk?" Kita seringkali memberikan begitu banyak alasan. Tapi Allah telah memberikan pada saya suatu kesempatan yang indah untuk berbicara dengan Roy.
Jadi mengapa saya bersusah payah berkeliling ke setiap penjuru dunia untuk menginjili? Jawabannya adalah jelas: karena nilai suatu jiwa. Allah menghargai setiap Roy di dunia ini. Dia menghargai Anda. Dan Dia menghargai saya. Namun, di dalam budaya kita, kita seringkali menghargai, apa yang selalunya tidak punya nilai. Sementara itu, kita sama sekali mengabaikan apa yang mempunyai nilai yang terbesar.
Apakah ada yang lebih berharga dari satu jiwa? Yang pasti, jawabannya adalah tidak ada. Allah menghargai jiwa manusia. Dan kita juga seharusnya demikian.
Oleh: Pdt. Y.R.Schramm-Mojoagung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar