Wilayah Israel dulu terbagi tiga daerah, yakni Yudea (Yerusalem) di selatan, Galilea (Nazaret) di utara, dan di antara kedua wilayah ini terletak Samaria. Orang Yudea dan orang Galilea merasa diri orang Yahudi tulen walau sikap keagamaan masing-masing agak berbeda. Orang Yudea, khususnya yang di Yerusalem, beranggapan diri mereka lebih patuh beragama daripada orang Galilea yang biasanya lebih bebas sikapnya. Tetapi baik orang Yudea maupun orang Galilea umumnya menganggap orang Samaria sesat karena mereka hanya mengakui Kelima Kitab Musa (Pentateukh) sebagai Kitab Suci mereka.
Ada konflik yang berkepanjangan antara orang-orang Yahudi dengan Samaria.
Samaria dahulu adalah ibukota kerajaan utara Israel di masa perpecahan kerajaan-kerajaan.
Pada 721 SEB (Sebelum Era Bersama), Asiria mengalahkan Israel, dan mengusung sebagian besar penduduknya ke Asiria. Orang-orang Asiria menggantikan penduduk asli dengan lima suku asing yang kemudian menetap di daerah itu (lihat 2 Raja-raja 17:13-34). Akhirnya banyak dari bekas penduduk asli tadi pulang ke Samaria dan kawin dengan orang-orang dari kelima suku asing tadi. Di jaman Yesus, orang-orang Yahudi menganggap orang-orang yang tinggal di Samaria bukan keturunan sejati dari para nenek moyang Yahudi, dan agama mereka bukan Yudaisme sejati, melainkan campuran aneka macam kepercayaan. Dalam Yoh 4:9 dikatakan perempuan Samaria itu heran, masakan seorang Yahudi minta minum kepadanya, orang Samaria.
Dan Injil menyisipkan penjelasan “Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.” Perempuan Samaria tadi datang ke sumur “kira-kira pada pukul dua belas” (ay. 6). Ini tak lazim. Biasanya orang tidak menimba air pada tengah hari. Boleh jadi perempuan tadi merasa kurang enak bertemu para perempuan lain. Memang kehidupan pribadinya tidak bisa dibanggakan, juga di masyarakat Samaria sendiri.
Dalam bagian pertama percakapan, Yesus menyebut-nyebut “air yang hidup” yang bisa diberikannya kepada perempuan Samaria tadi. Dan air yang hidup itu tidak bakal membuat orang haus lagi. Yang meminumnya akan menemukan dalam batinnya mata air yang memancarkan air tak henti-hentinya sampai ke hidup abadi.
Apa maksudnya? Dalam bahasa sehari-hari di sana dulu, “air hidup” ialah air yang mengalir, seperti air sungai atau air yang keluar dari sumber air, bukan air yang mandek seperti air yang tertampung dalam sumur.
Yesus – sumber air hidup – meminta minum dari perempuan Samaria yang datang hendak menimba air sumur yang bukan air mengalir – bukan air hidup. Meskipun Yesus menjelaskan arti rohani air hidup, perempuan tadi tidak langsung menangkap. Bisa jadi ia malah mengira Yesus berbicara mengenai tempat yang ada sumber air yang mengalir. Dari zaman dulu maupun dari zaman sekarang kita sama-sama diajak menyadari bahwa Tuhan tetap mendatangi manusia, meskipun kekaburan mata batin kita sering membuat sosoknya kurang jelas dan suaranya terdengar lirih oleh telinga batin yang belum peka. Namun Tuhan membantu, kadang-kadang dengan menyapa kehidupan pribadi kita yang sering menjadi beban yang hanya bisa ditanggung. Baru di situ kita akan menyadari bahwa ada kekuatan dari atas yang mendekati dan memerdekakan.
Jadi saat kita mau menikmati ‘air hidup’ itu kita harus keinginan menimbanya dan membuka hati selebar lebarnya supaya terisi penuh oleh air kehidupan itu biar kita tidak haus lagi. Hati itu akan terisi penuh, asal tempat dalam hati kita mau dikosongkan dari segala hal yang tidak benar selain itu hambatan hambatan yang menghalangi air itu mengalir dalam hati kita itu harus sering dibersihkan. Supaya hati kita tetap bersih kita harus sering mengasah selokan selokan hati kita dengan firman Tuhan. Jadi kita harus mau ditegur oleh firman baik dengan kasar maupun halus dan mau berubah. Sudah selokan selokan hati kita sudah besih atau masih banyak hambatan.
“Kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.” Roma 5:1-2 Hati yang bersih dan yang berkenan akan nampak dan buah buah dari Roh kudus akan kelihatan.
Pada 721 SEB (Sebelum Era Bersama), Asiria mengalahkan Israel, dan mengusung sebagian besar penduduknya ke Asiria. Orang-orang Asiria menggantikan penduduk asli dengan lima suku asing yang kemudian menetap di daerah itu (lihat 2 Raja-raja 17:13-34). Akhirnya banyak dari bekas penduduk asli tadi pulang ke Samaria dan kawin dengan orang-orang dari kelima suku asing tadi. Di jaman Yesus, orang-orang Yahudi menganggap orang-orang yang tinggal di Samaria bukan keturunan sejati dari para nenek moyang Yahudi, dan agama mereka bukan Yudaisme sejati, melainkan campuran aneka macam kepercayaan. Dalam Yoh 4:9 dikatakan perempuan Samaria itu heran, masakan seorang Yahudi minta minum kepadanya, orang Samaria.
Dan Injil menyisipkan penjelasan “Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.” Perempuan Samaria tadi datang ke sumur “kira-kira pada pukul dua belas” (ay. 6). Ini tak lazim. Biasanya orang tidak menimba air pada tengah hari. Boleh jadi perempuan tadi merasa kurang enak bertemu para perempuan lain. Memang kehidupan pribadinya tidak bisa dibanggakan, juga di masyarakat Samaria sendiri.
Dalam bagian pertama percakapan, Yesus menyebut-nyebut “air yang hidup” yang bisa diberikannya kepada perempuan Samaria tadi. Dan air yang hidup itu tidak bakal membuat orang haus lagi. Yang meminumnya akan menemukan dalam batinnya mata air yang memancarkan air tak henti-hentinya sampai ke hidup abadi.
Apa maksudnya? Dalam bahasa sehari-hari di sana dulu, “air hidup” ialah air yang mengalir, seperti air sungai atau air yang keluar dari sumber air, bukan air yang mandek seperti air yang tertampung dalam sumur.
Yesus – sumber air hidup – meminta minum dari perempuan Samaria yang datang hendak menimba air sumur yang bukan air mengalir – bukan air hidup. Meskipun Yesus menjelaskan arti rohani air hidup, perempuan tadi tidak langsung menangkap. Bisa jadi ia malah mengira Yesus berbicara mengenai tempat yang ada sumber air yang mengalir. Dari zaman dulu maupun dari zaman sekarang kita sama-sama diajak menyadari bahwa Tuhan tetap mendatangi manusia, meskipun kekaburan mata batin kita sering membuat sosoknya kurang jelas dan suaranya terdengar lirih oleh telinga batin yang belum peka. Namun Tuhan membantu, kadang-kadang dengan menyapa kehidupan pribadi kita yang sering menjadi beban yang hanya bisa ditanggung. Baru di situ kita akan menyadari bahwa ada kekuatan dari atas yang mendekati dan memerdekakan.
Jadi saat kita mau menikmati ‘air hidup’ itu kita harus keinginan menimbanya dan membuka hati selebar lebarnya supaya terisi penuh oleh air kehidupan itu biar kita tidak haus lagi. Hati itu akan terisi penuh, asal tempat dalam hati kita mau dikosongkan dari segala hal yang tidak benar selain itu hambatan hambatan yang menghalangi air itu mengalir dalam hati kita itu harus sering dibersihkan. Supaya hati kita tetap bersih kita harus sering mengasah selokan selokan hati kita dengan firman Tuhan. Jadi kita harus mau ditegur oleh firman baik dengan kasar maupun halus dan mau berubah. Sudah selokan selokan hati kita sudah besih atau masih banyak hambatan.
“Kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.” Roma 5:1-2 Hati yang bersih dan yang berkenan akan nampak dan buah buah dari Roh kudus akan kelihatan.
oleh: Ev. Liem Thin Ping
Tidak ada komentar:
Posting Komentar