Di PL, kita ketahui bahwa manna adalah semacam roti yang diturunkan Allah dari langit kepada umat Israel saat mereka berada di padang gurun (Kel 16; Bil 11:6-9). Bentuknya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti kue madu (Kel 16:31). Manna ini diberikan oleh Allah setelah enam minggu di gurun Sin,
setelah bangsa Israel bersungut-sungut terhadap kehidupan yang serba kekurangan di gurun.
Setelah mereka berangkat dari Elim, tibalah segenap jemaah Israel di padang gurun Sin, yang terletak di antara Elim dan gunung Sinai, pada hari yang kelima belas bulan yang kedua, sejak mereka keluar dari tanah Mesir. Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan Harun Keluaran 16:1,2
Sejak saat itu Allah menurunkan manna setiap hari, kecuali pada hari Sabat (di mana semua orang Israel harus beristirahat dan menguduskan hari Tuhan). Maka sehari sebelum hari Sabat Allah memberikan manna untuk keperluan dua hari. Roti manna ini dapat dimakan langsung, namun umumnya dibakar dan dijadikan kue. Allah menurunkan manna ini selama sekitar empat puluh tahun, sampai bangsa Israel sampai di Gilgal di tanah Yerikho
Lalu berhentilah manna itu, pada keesokan harinya setelah mereka makan hasil negeri itu. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan. Yosua 5:12
Di PB, Kristus menggunakan manna sebagai simbol Ekaristi atau perjamuan kudus (yaitu Diri-Nya sendiri), yang adalah “Roti yang turun dari Surga”, Roti hidup yaitu roti yang menghidupkan yang maknanya jauh melebihi roti manna di padang gurun.
Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Yohanes 6:51
Rasul Paulus menyebut manna sebagai “makanan rohani”, yang menggambarkan Ekaristi.
Mereka semua makan makanan rohani yang sama I Korintus 10:3
Maka, sama seperti dalam kehidupan jasmani kita perlu makan supaya kita tetap hidup, demikian kita perlu makanan rohani yaitu Yesus sendiri, supaya kita dapat memperoleh hidup yang kekal.
Thomas Aquinas mengajarkan semboyan, “grace perfects nature” yaitu bahwa rahmat Allah menyempurnakan kodrat manusia, maka kita kenal juga bahwa dalam kehidupan spiritual, terdapat juga proses yang serupa dengan kehidupan kodrati, yaitu: Kelahiran rohani dengan Pembaptisan, Kedewasaan rohani dengan Penguatan, Makanan rohani dengan Ekaristi, Penyembuhan rohani [dan jasmani] melalui Pengakuan dosa dan Pengurapan orang sakit/peminyakan, Perkawinan dan Pemtahbisan untuk memaknai panggilan hidup.
Berikut ini adalah beberapa hal penting yang disampaikan Yesus berkenaan dengan maksud Ia memerintahkan kita agar makan dan minum Tubuh dan DarahNya:
1. Yesus sendiri lahir di kota Betlehem,
yang artinya adalah “Rumah Roti” sejalan dengan identitas Diri-Nya sebagai “Roti kehidupan”
Akulah roti hidup.
Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.
Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.
Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Yohanes 6:48-51
Maka pemberian roti manna kepada orang Israel di PL diperbaharui dalam PB, dengan Roti Hidup, yaitu Ekaristi. Pada PL, roti manna diberikan oleh Allah untuk menuntun bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian (Kanaan), sedangkan sekarang, Ekaristi (perjamuan kudus) diberikan kepada kita, sebagai bangsa pilihan Allah yang baru, agar kita dapat mencapai Tanah Perjanjian yang baru yaitu Surga.
2. Yesus sendiri membuat mujizat
Mujizat pergandaan roti untuk mempersiapkan umat terhadap pengajaran-Nya tentang Roti Hidup ini, dan mujizat pergandaan roti yang memberi makan lima ribu orang ini merupakan salah satu mujizat terbesar yang dicatat oleh ke-empat Injil (Matius 14:13-21; Markus 6:32-44; Lukas 9:10-17; Yohanes 6: 1-15).
Persahabatannya dengan para pengikut-Nya sering ditandai dengan makan bersama, misalnya kisah Maria, Martha, Lazarus, bahkan Zakheus.
3. “Roti Hidup”
merupakan salah satu pengajaran Yesus yang terpenting dan tersulit, namun Yesus tetap mengajarkan-Nya meskipun pada saat ia mengajarkan hal ini banyak pengikut-Nya meninggalkan Dia
Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia Yohanes 6:66.
Yesus tidak mengganti ajaran ini dengan ajaran lain yang lebih “mudah”, namun malah bertanya kepada para Rasul, “Apakah kamu mau pergi juga?” (Yoh 6:67), yang dijawab Petrus dengan iman bahwa mereka tidak akan berpaling dari Yesus.
4. Sebelum wafat-Nya
Yesus berpesan kepada para murid-Nya untuk melakukan perjamuan ini sebagai peringatan akan Diri-Nya dan karya keselamatan Allah kepada manusia (Matius 26:20-29; Markus 14:17-25; Lukas 22:14-23; Yohanes 13:21-30).
5. Sesudah kebangkitan-Nya,
Ia menampakkan diri kepada dua orang muridnya dalam perjalanan ke Emaus (Luk 24:13-35), dengan menjelaskan isi Alkitab dan perjamuan Ekaristi
6. Perjamuan kudus (“memecah roti dan berdoa”)
merupakan cara ibadah para rasul dan jemaat pertama
Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Kisah para rasul 2:42
Rasul Paulus-pun mengajarkan tentang Ekaristi ini (1 Kor 11: 23-29).
7. Bahwa sudah menjadi maksud Yesus untuk memberikan “Roti Surga” atau “Manna yang baru” kepada umat-Nya
dengan demikian kita akan tergabung dalam persekutuan dengan-Nya, sampai akhirnya kita bersatu dengan sempurna dengan Dia di surga.
“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” Wahyu 3:20
Kristus adalah Roti Hidup yang turun dari Surga, yang nilainya jauh lebih tinggi dari manna di padang gurun. Kasih-Nya kepada umat pilihan-Nya dinyatakan dengan wafat dan kebangkitan-Nya untuk membebask an kita dari perbudakan dosa. Misteri Paskah ini kita rayakan setiap hari Minggu, yaitu pada hari peringatan kebangkitan-Nya dari mati. Hari Minggu ini kemudian menjadi ‘hari Tuhan’ bagi kita umat beriman.
Oleh: Ev. Liem Thin Ping
Tidak ada komentar:
Posting Komentar